Skip to main content

PANASONIC LUMIX GX1 - MANTAN TERINDAH

DARI NOL KILOMETER SAMPAI MENELUSURI JEJAK TSUNAMI DI ACEH


 PULAU WEH

KM 0 (Nol) Indonesia ditandai dengan keberadaan Tugu Nol Kilometer yang terletak di Pulau Weh. Lokasi tugu ini terletak di areal Taman Hutan Wisata Alam Pulau Weh Sabang tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya. Sabang memiliki pulau-pulau eksotis yang indah dan merupakan daerah paling ujung barat Indonesia, yang menjadi penanda batas wilayah negara. Tugu menjadi tempat wisata yang cukup menarik bagi wisatawan lokal hingga mancanegara.


Perjalanan kita mulai dari Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, bandar udara yang melayani Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Terletak di wilayah Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Dari Bandara kita bisa langsung menuju Pelabuhan Ulee Lheue, perjalanan ke Pulau Weh bisa memakan waktu kurang lebih sekitar satu jam menggunakan kapal express. 






Sesampainya di Pulau Weh, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke Tugu Nol Kilometer dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Jalannya sudah bagus sehingga wisatawan akan merasa nyaman selama perjalanan. Selama perjalanan menuju ke Tugu Nol Kilometer, wisatawan akan disuguhi dengan keindahan alam Pulau Weh berupa jalan perbukitan hijau yang berkelok, deretan pantai yang eksotis serta pulau2 kecil.


Salah satunya adalah Pulau Klah yang merupakan bagian dari wilayah kota Sabang, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau ini berada di sebelah barat laut dari pulau Weh. Pulau Klah berada tepat dijantung teluk Sabang. Pulau Klah tidak terlalu besar, namun keindahan alamnya sangat mempesona, dengan suasana tenang dan damai, sangatlah cocok bagi kalian yang tidak suka dengan kebisingan, melepas penat dari hiruk pikuk kota yang melelahkan. Di Pulau Klah kita bisa melakukan diving, surfing, dan snorkling di pantainya, panorama yang ada di bawah lautnya juga tidak kalah di bandingkan dengan pantai-pantai lainnya, apalagi kalau sedang sunset, Jalan menuju ke pulau Klah ini jalur transportasi laut yaitu dengan menggunakan perahu dari kota Sabang.


Tugu Nol Kilometer mengalami beberapa kali renovasi sehingga kini nampak semakin megah dan indah. Ditambahkan pula semacam tugu bertuliskan “Kilometer 0 Indonesia”. Ketika berkunjung ke Tugu Nol Kilometer, wisatawan bisa naik keatas tugu dan dapat melihat pemandangan alam Pulau Weh yang menyajikan hamparan lautan luas, perbukitan hijau dan tentunya sunset. Diatas tugu juga terdapat sebuah prasasti yang bertuliskan “Penentuan posisi geografis tugu kilometer 0 Indonesia di Sabang ini diukur oleh para pakar BPP Teknologi dengan menerapkan teknologi satelit Global Positioning System (GPS)”. Tertanda Menristek/Ketua BPP Teknologi Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie dan di baliknya terdapat posisi geografis Kilometer Nol Indonesia tersebut dari lintang, bujur dan tinggi.


Disekitar Tugu Nol Kilometer Kota Sabang, wisatawan juga bisa menemukan banyak pedagang yang menjual souvenir dan cinderamata. Terdapat banyak sekali pernak-pernik yang bisa dijadikan oleh-oleh seperti kaos, pin, topi dan masih banyak lagi. Jika merasa lapar, wisatawan juga bisa menemukan warung yang menawarkan berbagai makanan khas Aceh.

Selain itu, berkunjung ke tugu kita juga akan mendapatkan sertifikat Kilometer Nol Indonesia lengkap dengan nama dan tanda tangan pejabat berwenang yang akan dicetak saat itu juga. Sertifikat ini sebagai bukti, bahwa pengunjung pernah mejejakkan kakinya dititik paling barat Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia saya bangga pernah menjejakkan kaki di titik paling barat Indonesia.



Tidak jauh dari tugu Nol Kilometer kita juga bisa menemui Taman Hutan Wisata Alam Pulau Weh, Sabang – Aceh. Lokasinya sangat cocok untuk berfoto dengan menyusuri jembatan yang berwarna kuning, dan hamparan laut dari kejauhan tampak pulau Rondo, pulau terluar di ujung barat sumatera Indonesia. Untuk menuju lokasi Taman Hutan Wisata Alam Pulau Weh kalian harus melewati pedagang yang menjual souvenir, cinderamata dan makanan yang berada dekat tulisan “Kilometer 0 Indonesia.

Jika kalian kemalaman dan ingin menginap, wisatawan bisa menuju ke Pantai Iboih yang jaraknya hanya 5 kilometer dari lokasi tugu. Di Pantai Iboih, pengunjung bisa memilih penginapan atau bungalow yang bisa kalian datangi. Berkunjung ke Tugu Nol Kilometer memang cukup seru dan mengasyikkan.

ACEH TSUNAMI MUSEUM



Berkungjung ke Aceh tidak lengkap rasanya jika kita tidak mengujungi Aceh Tsunami Museum yang terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Baiturrahman, Sukaramai, Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh. museum ini menggambarkan bagaimana tsunami dan efeknya. Begitu masuk ke dalam, kita akan melewati lorong gelap gelombang tsunami dengan ketinggian 40 meter dengan efek air jatuh. Hati-hati  dengan kepala dan baju kalian karena bisa basah karena air di sepanjang lorong. 

(Sumber: Aceh Tsunami Museum) 

(Sumber: Aceh Tsunami Museum)

(Sumber: Aceh Tsunami Museum)
(Sumber: Aceh Tsunami Museum)


(Sumber: Aceh Tsunami Museum)

(Sumber: Aceh Tsunami Museum)

(Sumber: Aceh Tsunami Museum)

(Sumber: Aceh Tsunami Museum)

(Sumber: Aceh Tsunami Museum)

Melewati lorong, kita akan menemui standing screen yang menyajikan foto-foto pasca tsunami berupa kerusakan dan kehancuran serta kematian, yang penuh dengan gambar korban dan gambar pertolongan terhadap mereka.



Selanjutnya kita akan dibawa “Ruang Penentuan Nasib”, Ruangan ini berbentuk seperti cerobong gelap dengan tulisan Allah dibagian puncaknya. Hal ini merefleksikan perjuangan para korban tsunami, bagaimana perjuangan mereka selama tsunami berlangsung serta keyakinan akan adanya pertolongan Allah SWT agar bisa selamat keluar dari gelombang tersebut. Setelah keluar dari “Ruang Penentuan Nasib” kita akan melewati jalan yang berputar yang menggambarkan putaran gelombang tsunami tersebut menuju Jembatan Harapan (Hope Bridge). Di Jembatan ini, kita bisa melihat bendera dari 52 negara, dimana mereka mengulurkan bantuan untuk korban Tsunami di Aceh. Melewati jembatan kita bisa melihat pemutaran film Tsunami kurang lebih selama 15 menit dari gempa terjadi, saat tsunami terjadi hingga saat pertolongan datang.









Tidak jauh dari tempat pemutaran film Tsunami kita akan melihat banyak foto raksasa, artefak Tsunami, miniatur-miniatur tsunami dan diorama tsunami. Di museum ini kita juga bisa menemukan souvenir seperti kaos-kaos dan souvenir khas Aceh seperti rencong, bros rencong  dan bros pinto aceh dan ada masih banyak lagi. Turun ke bawah, kita dapat bersantai dipinggir kolam Jembatan Harapan sambil melihat ikan-ikan hias yang berenang.



SITUS TSUNAMI PLTD APUNG



Jejak tsunami juga bisa kita temui di Situs Tsunami PLTD Apung, Di antara banyak kisah tentang kedahsyatan tsunami di Aceh tergambar dari terhempasnya sebuah kapal raksasa, PLTD Apung dari laut Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh ke tengah permukiman penduduk Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh. Kapal ini memiliki dimensi 1.900 meter persegi dan bobot 2.600 ton. Dengan bobot tersebut, sulit dibayangkan kapal ini dapat terhempas hingga ke tengah pemukiman penduduk. Namun faktanya gelombang tsunami mampu menggerakkannya. Ketika tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, kapal ini terseret gelombang setinggi sembilan meter. Dikabarkan dari 11 orang awak kapal hanya satu orang yang berhasil selamat. Sampai akhirnya kapal tersebut bertengger di tengah pemukiman penduduk dan diduga masih ada sejumlah korban tsunami yang terhimpit di bawah kapal. Karena bobot kapal yang berat tidak memungkinkan untuk mengevakuasi korban ketika itu. Setelah 14 tahun bencana tsunami berlalu, kini kapal PLTD Apung menjadi salah satu objek wisata di Kota Banda Aceh dan menjadi monumen peringatan tsunami Aceh.




Disini saya sadar betapa besarnya Negara kita Indonesia, dari Sabang sampai Marauke berjajar pulau-pulau sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Dan saya merasa kecil dihadapan Sang Pencipta jika melihat tsunami yang terjadi di Aceh. Yang membuat kita kuat adalah rasa persatuan dan kesatuan, walau berbeda-beda tetapi tetap satu dan menjunjung rasa persaudaraan dan cinta tanah air.

Comments